sepercik renungan

mari dengarkan suara hati...

Diantara malam-malam Ramadhan ada satu malam yang disebut dengan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang terkenal karena keberkahannya yang besar. Al-Qur'an telah menyatakan tentang keberkahan dan keutamaannya lebih besar dari seribu bulan, bermakna bahwa malam tersebut lebih berharga daripada delapan puluh tiga tahun empat bulan. Betapa beruntungnya seseorang yang dapat memperoleh kesempatan untuk benar-benar beribadah pada malam tersebut, karena berarti dia telah mendapatkan pahala beribadat selama delapan puluh tiga tahun empat bulan dan bahkan lebih banyak dari itu. Sesungguhnya malam tersebut adalah suatu karunia dan rahmat yang besar bagi umat manusia.


Berkenaan dengan malam tersebut, dalam kitb Durrul Mantsur ada sebuah hadist yang diriwayatkan dari Anas ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Lailatul Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya."

Mengenai alasan dikaruniakannya malam Lailatul Qadar, terdapat beberapa pendapat. Salah satu yang dikemukakan adalah bahwa Rasulullah pernah merenung keadaan umur umat-umat terdahulu yang jauh lebih panjang jika dibandingkan umur umatnya. Beliaupun merasa sedih, karena dengan umur yang lebih pendek berarti kesempatan untuk mendapatkan pahala dari beribadah menjadi lebih sedikit. Oleh karena itu Allah dengan kasih sayang-Nya yang tiada terhingga kemudian menganugerahkan malam Lailatul Qadar kepada umat ini.

Maka, marilah kita berlomba untuk mendapatkan berkah dari malam Lailatul Qadar ini dengan memperbanyak amal ibadah, terutama di hari-hari akhir bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, sehingga kita mendapatkan berkah dari malam Lailatul Qadar.

(Sumber: Kitab Fadhail Amal, dari Syaikhul Hadist Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandalawi rah.a. )

Dari Abu Hurairah ra., Nabi Muhammad saw. bersabda, "Apabila seseorang meninggal dunia, maka pahala amalnya akan terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak shalih yang mendoakan orang tuanya." (Muslim; Misykat)


Kehidupan dunia ini tidak lebih sekedar mimpi saja, sekedar kesenangan yang menipu. Kita tidak pernah tahu, kapankah maut akan datang dan kita mesti meninggalkan dunia ini untuk pergi ke suatu tempat yang kekal. Sudahkan kita menyiapkan bekal untuk menyambutnya?