sepercik renungan

mari dengarkan suara hati...

Bukankah segala sesuatu akan lebih baik bila ada keseimbangan? Banyak yang berpendapat bahwa usaha dunia "trade off" dengan usaha akhirat. Artinya, bahwa usaha kita untuk mencukupi kebutuhan kehidupan dunia biasanya berbalikan dengan usaha kita untuk mencari bekal untuk kehidupan di akhirat.

Cobalah kita renungkan kembali. Pemanfaatan waktu kita di dunia akan sangat mempengaruhi kehidupan kita. Seberapa banyak yang sudah kita habiskan untuk mengejar pemenuhan kebutuhan dunia? Seberapa banyak yang sudah kita habiskan untuk mencari bekal kehidupan akhirat? Sudahkan keduanya seimbang?

Sebenarnya tidaklah begitu sulit untuk menyeimbangkan keduanya. Ada pendapat yang mengatakan: apapun kegiatan kita, kalau kita niatkan untuk beribadah, akan mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Jadi, ada baiknya kita selalu berusaha meluruskan niat kita sebelum, saat dan setelah melakukan suatu tindakan. Bekerja bisa berarti beribadah, asalkan dalam pekerjaan itu segala sesuatu dilakukan sesuai dengan kaidah yang dituntunkan dan tidak melanggar larangan-Nya.

Mari kita seimbangkan antara usaha dunia dan akhirat. Mari kita review dengan jujur, apakah niat kita sudah "lurus"? Apakah dalam menjalankannya juga sudah sesuai aturan? Kita sendiri yang bisa menjawabnya... :-)

Manusia adalah makhluk yang sempurna. Apakah setelah kita mati kita akan "hilang" begitu saja? Wujud boleh berubah, tapi sebuah materi selalu kekal. Begitu juga manusia. Setelah mati, jasad mungkin akan "kembali" menjadi tanah, tetapi kemana perginya ruh? Apakah pernah terlintas dalam benak, ke mana kita akan "pulang"? Apakah anda percaya adanya kehidupan setelah mati? Kalaupun sudah mempercayai dan meyakininya, sudahkan kita siapkan bekal untuk kehidupan tersebut?

Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Kalau boleh diibaratkan, kita ini seakan-akan sedang berada di stasiun kereta api, menunggu datangnya kereta yang akan membawa kita pulang ke tempat asal kita. Apa yang seharusnya kita lakukan? Tentunya sambil menunggu kereta, kita sebaik mungkin berusaha menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan kepulangan kita itu. Itu yang secara logika masuk akal, karena tujuan kita adalah "rumah", stasiun hanya perantara. Tapi apa yang sebagian besar dilakukan orang? Bukannya kita menyiapkan bekal untuk kepulangan kita, malahan kita sibuk "menghias" stasiun itu. Padahal kita tahu, kita tidak akan tinggal lama di stasiun. Bahkan saking asyiknya kita menghias dan menikmati suasana stasiun, saat kereta yang akan kita naiki tiba, kita jadi kaget dan merasa tidak siap serta enggan meninggalkan stasiun. Itulah gambaran kecintaan kita akan kehidupan di dunia. Konyol sekali bukan?

Akankah kita terus melakukan kekonyolan tersebut? Kalau kita sekarang mulai menyadari kekonyolan itu, belum terlambat untuk memperbaikinya. Mari menyiapkan diri untuk "kepulangan" kita mulai dari sekarang. Karena kita tidak pernah tahu, kapan "kereta" itu akan datang...